Rabu, 21 Oktober 2015

Khusus Untuk Kelas Nyaris

Bagi peserta didik kelas nyaris, khususnya yang akan menghadapi ujian nasional :
1. Telash terjadi pergeseran nilai ujian dan sakralisme ujian dari Paper Base Test menjadi Computer Base Test, owalah...... kasihan sekolah yang belum memiliki sarna komputer yang memadai dan standar ujian atau memenuhi verifikasi ujian,
2. Yang dulu sudah "cakep" contohnya : dalam satu ruang ujian terdapat 20 bangku, 20 meja, 20 soal, 20 siswa,  (mungkin dengan ... 20 PC), dikondisikan dan atau dibiasakan semester 5 dan 6 kelas 9 atau 12  dikondisikan layaknya ujian nasional, sehingga sudah terbiasa, nah bgmn, dg lokalnya ? mudah saja, liburkan kelas di bawahnya, tidak signifikan juga koq kalau mereka masuk, bayangkan, ujian semester koq dicampur dengan kelas lain, kurang fokus dan kurang sakral. Pun penggunaan kertas (LJK) pun layaknya format yang digunakan untuk UN, sehingga siswa terbiasa dengan UN, tidak seperti sekarang rasa ketertakutannya menonjol.
3. Pengawasanpun dengan pengwas silang, mempererat tali silaturahmi artar teman sejawat, antar siswa, sehingga menekan tawuran dan sejenisnya, sinergitas akan terbentuk seiring KBM yang lebih kondusif.
4. Sarana alat pemadam kebakaran yang standar baik mutu atau jumlahnya di setiap lembaga/tempat pendidikan, khususnya yang mempunyai lab.komputer, adanya peta pembagin arus/daya listrik dan ditempel disetiap tempat starategis di setiap sekolah adalah wajib,
5. Adanya peran serta lembaga pemerintahan yang terkait lintas sektoral mendukung aktiv dalam KBM, mialnya BKKBN atau BNN atau Kepolisisan (Bimas ?) ke sekolah-sekolah (SMK dll) yang mayoritas siswanya adalah perempuan atau laki-laki, supervisi dan pendekatan yang harmonis,

sosialita

1. Perlu adanya dibuatkan 'neon sign" yang ditempatkan dibeberapa tempat yang straegis, berisikan masakah-masalah dalaam masyarakat khususnya yang berdampak kerugian negara dan masyarakat/rakyat yang besar, dari segi poin maupun coin. terinformasikan masalah yang ada, yang ditangani dan sudah selesai, untuk barometer kinerja lintas lini.
2. Perlu wadah pengumpulan pendapat yng terjadi di setiap segment kegiatan, misalnya dunia pendidikan, siswa diajarkan keberaniana untuk mengtarakan kebenaran dengan mengutamakan etika, kesantunan saling menghargai dan tetep menjaga keutuhan,
3. Absen diri dengan datang langsung ke Kantor Gubernur atau absen langsung dengan wajah terekam sehingga kontra prestasi tepat sasar,
4. Mengangkat budaya lokal disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD/Ibt, SMP/MTs, SMA/K/MA atau menempelkan di dinding kelas semua kekayaan lokal,
5. Pemberian poin oleh siswa atas kehadiran guru di kelas atas KBM yang berlangsung,
6. Urutan tingkatan pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan mulai SD hingg PT, sekarang terputus hanya SD sampai dengan SLTA,
7. Dibuatkan Jembatan Nasional sepanjang Jl. MH Thamrin Hingga Jl. Jend. Sudirman Jakaarta Pusat sejumlah Propinsi yang ada di Indonesia, dananya dari hasil "saweran kantor" di sepanjang jalan yang bersangkutan,
8 Diterapkannya kelas integrasi disetiap akhir jenjang pendidikan sehingga diharapkan senioritas berjalan dengan tetap mengedepankan kebersamaan,
9. Pelaksanaan hari besar Agama serentak dengan sekolah paralel disekitar lokasi terdekat, agar silaturahmi semua civitas akademika berjalan harmonis.